JendelaIndonesia.id – Google memperkuat sistem keamanan Android dengan meluncurkan fitur auto-reboot otomatis yang akan merestart perangkat jika terkunci selama tiga hari berturut-turut.
Fitur ini pertama kali diumumkan melalui pembaruan Google Play Services versi 25.14 dan mulai diluncurkan secara bertahap sejak pertengahan April 2025.
Langkah ini diyakini sebagai respons atas meningkatnya ancaman eksploitasi data oleh perangkat forensik digital, yang kerap digunakan untuk mengakses data tanpa seizin pemilik perangkat.
Cegah Akses Data dengan Restart Otomatis
Dalam catatan rilis resmi Google Play Services, disebutkan bahwa dengan fitur ini, “perangkat Anda akan otomatis melakukan restart jika terkunci selama tiga hari berturut-turut.” Restart tersebut akan membawa perangkat ke kondisi Before First Unlock (BFU) — yakni keadaan di mana data masih terenkripsi penuh karena pengguna belum memasukkan PIN atau menggunakan biometrik untuk membuka perangkat.
Dalam keadaan ini, akses terhadap data menjadi jauh lebih sulit, bahkan bagi alat forensik digital yang kerap digunakan oleh lembaga penegak hukum atau pihak ketiga untuk mengambil data dari perangkat yang disita atau dicuri.
Ikuti Jejak Apple dan GrapheneOS
Auto-reboot setelah periode tidak aktif sebenarnya bukan hal baru dalam dunia keamanan digital. Sistem operasi alternatif berbasis Android, GrapheneOS, sudah lebih dulu mengadopsi fitur serupa. Mereka bahkan mengatur restart otomatis setelah hanya 18 jam tidak aktif, dengan opsi kustomisasi antara 10 menit hingga 72 jam.
Apple juga telah memperkenalkan fitur serupa bernama Inactivity Reboot dalam pembaruan iOS 18.1 tahun lalu, yang diklaim telah mempersulit lembaga forensik dalam mengakses data perangkat iPhone yang disita.
Fitur ini dianggap penting karena banyak alat forensik, seperti Cellebrite, memanfaatkan kerentanan kernel USB di Android untuk mengekstrak data bahkan dari perangkat yang tampaknya terkunci.
Dalam laporan yang dirilis Amnesty International awal tahun ini, Cellebrite disebut-sebut mampu membuka perangkat yang berada dalam keadaan After First Unlock (AFU) — yaitu setelah perangkat pertama kali dibuka dan data tidak lagi dalam kondisi terenkripsi sepenuhnya.
Memperkuat Keamanan Android
Walau Google belum merilis keterangan resmi terkait alasan pengenalan fitur ini, sejumlah pakar keamanan menyebut bahwa auto-reboot dapat mengurangi risiko kebocoran data saat perangkat jatuh ke tangan pihak lain — misalnya saat hilang, dicuri, atau disita dalam proses hukum.
“Setelah restart dan masuk ke kondisi BFU, akses data menjadi sangat terbatas. Ini adalah perlindungan tambahan terhadap eksploitasi perangkat keras dan perangkat lunak,” tulis tim pengembang GrapheneOS dalam pernyataan resminya yang dikutip dari BleepingComputer.com Januari 2024.
Sebagai tambahan perlindungan, pengguna juga disarankan menonaktifkan akses data USB saat perangkat dalam kondisi terkunci. Hal ini dapat mencegah perangkat forensik mengakses data melalui port fisik.
Tidak Bergantung pada Pembaruan OS
Salah satu keunggulan fitur auto-reboot ini adalah distribusinya melalui Google Play Services, bukan pembaruan sistem operasi Android. Ini berarti sebagian besar perangkat Android yang mendukung Play Services akan menerima fitur ini tanpa harus menunggu upgrade ke versi Android terbaru.
Namun, Google belum memberikan rincian terkait versi Android minimum yang didukung, atau apakah fitur ini akan tersedia dalam bentuk pengaturan yang bisa dikonfigurasi pengguna.
Cara Memeriksa Pembaruan
Pengguna dapat memeriksa dan menginstal pembaruan Google Play Services versi 25.14 melalui Google Play Store. Selain itu, pengguna juga dapat membuka pengaturan perangkat, lalu masuk ke Settings > Security & privacy > System & updates > Google Play system update untuk memastikan bahwa perangkat telah mendapatkan pembaruan terbaru.
Dengan diterapkannya fitur ini, Google kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan keamanan pengguna Android, terutama terhadap ancaman yang semakin kompleks dari dunia forensik digital.